Berita

3 Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online

Published

on

Kemajuan teknologi telah mengubah gaya hidup masyarakat dunia secara signifikan, salah satunya dalam hal transportasi. Kini, moda transportasi yang diinginkan dapat dipanggil hanya dengan beberapa sentuhan pada layar ponsel.

Transportasi online menjadi pilihan para pekerja dengan mobilitas tinggi karena dianggap efektif dan efisien. Namun, pengemudi transportasi online kerap kali ditengarai melakukan kecurangan. Bahkan, beberapa mitra Go-Jek maupun Grab sendiri mengakui, mereka yang sering melakukan kecurangan, demi mengejar keuntungan pribadi.

Ada tiga kecurangan yang marak terjadi di transportasi online di Indonesia. Data ini diungkapkan oleh Grab Indonesia.

“Kita nggak ada detailnya, cuma itu ada tiga terbesar. Kalau disebutkan itu bisa 20, kan bingung juga. Itu tiga paling utama yang biasa dilakukan,” ujar Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, Rabu (13/3/2019).

Tiga kecurangan tersebut adalah:

Advertisement

1. GPS Palsu
Menggunakan aplikasi seperti Fake GPS untuk memalsukan lokasi. Dan memodifikasi smartphone atau melakukan rooting untuk memalsukan perilaku pengemudi dan menyelesaikan perjalanan untuk memainkan sistem.

2. Penyalahgunaan Insentif
Menggunakan beberapa smartphone dan akun, serta berpura-pura melakukan banyak perjalanan yang dibayar secara tunai untuk mendapatkan memanfaatkan dari pembayaran bonus setelah berhasil mencapai status mendapatkan insentif.

3. Aplikasi Palsu
Menggunakan aplikasi yang telah dirusak atau aplikasi ilegal yang diunduh di luar Play Store atau Apps Store resmi.

Dari ketiga kecurangan dalam industri ride hailing di atas, Grab mengatakan ada empat dampaknya, yaitu hilangnya kepercayaan pengguna, berkurangnya penghasilan pengemudi, integritas sistem terganggu, dan kehilangan pendapatan.

Riset Pihak Ketiga

Advertisement

Berdasarkan hasil riset dilakukan oleh Spire Research and Consulting, kecurangan di masing-masing layanan transportasi online yang terjadi pada Go-Jek sebesar 30%, sedangkan Grab hanya 5%. Tetapi, menurut Head of Trust Grab Wui Ngiap Foo, Grab telah menurunkan kecurangan tersebut sampai di bawah 1%.

“Kami bangga hasil riset mengatakan kalau kompetitor kecurangannya 30% dan kami 5% tapi kami bisa menurunkan hingga kurang 1%,” ucapnya.

Pengurangan kecurangan itu tak terlepas dari investasi signifikan pada infrastruktur yang dilakukan oleh Grab, salah satunya dengan keberadaan Grab Defence.

Grab Defence merupakan sebuah perangkat teknologi anti-kecurangan yang dibangun dari database Grab yang telah teruji dalam mengurangi tindak kecurangan untuk memperkuat ekosistem teknologi dan arus transaksi.

Sumber: https://inet.detik.com/cyberlife/d-4466168/3-kecurangan-yang-marak-di-transportasi-online

Advertisement
Exit mobile version