Bisnis & Ekonomi

BI Rate Tinggi Picu Timbulnya Mafia Perbankan

Published

on

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (Alfi) menginginkan Bank Indonesia (BI) bisa menurunkan suku bunga acuannya (BI rate) yang saat ini masih bertahan di level 7,5% selama 10 bulan.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Alfi Akbar Djohan memandang, saat ini sedang terjadi praktik mafia perbankan dengan memanfaatkan BI rate yang tinggi.

“Sudah saatnya pemerintah kita membereskan mafia di perbankan bukan hanya mafia migas, dan pelabuhan karena terang benderang BI rate tertinggi di ASEAN maupun dunia,” ujarnya dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (9/12/2015).

Menurutnya pemerintah dapat melakukan pembenahan terkait tingginya BI rate yang dinilai pengusaha sebagai indikator terjadinya praktik mafia di sektor perbankan.

Akbar mengungkapkan, sejauh ini BI belum bisa menjelaskan kepada pengusaha secara transparan soal alasan rentannya sistem keuangan Tanah Air terhadap setiap kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).

Advertisement

Tingkat suku bunga yang tinggi, lanjut Akbar telah membuat pengusaha dalam negeri kesulitan mencari pinjaman guna mengembangkan bisnisnya.

“Saat ini pengusaha-pengusaha logistik lebih tertarik untuk mendapatkan pinjaman dari bank asing lantaran tawaran bunga yang kompetitif,” pungkasnya.

Sekedar informasi, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17 Desember mendatang dengan salah satu keputusannya yaitu penetapan besaran BI rate.

(Sumber: SINDONEWS.com)

Advertisement
Exit mobile version