Otomotif

Ban Mobil Pecah saat Kecepatan Tinggi? Jangan Injak Rem!

Published

on

Pecah ban jadi salah satu sumber penyebab kecelakaan yang angka kejadiannya cukup tinggi. Lihat saja papan-papan peringatan di jalan tol yang kerap mengingatkan cek kondisi ban untuk menghindari pecah ban.

Ini membuktikan, pecah ban dianggap kejadian yang sangat berbahaya yang sebenarnya bisa dicegah. Menurut Sony Susmana, selaku Direktur dari Safety Defensive Driving Indonesia, pecah ban masih bisa dikendalikan jika kecepatan mobil masih di bawah 55 kilometer per jam.

“Jika Anda yakin kondisi ban bagus, mobil baik dan yakin aman silahkan saja melebihi kecepatan itu,” katanya. “Pecah ban depan dengan kecepatan melebihi 55 kilometer per jam, paling susah dikendalikan. Mobil bisa terbalik saat pecah ban akibat pengemudi melakukan pengereman mendadak karena refleks kaget.”

“Ketika rem ditekan, bobot  mobil akan cenderung pindah kedepan dan setir semakin narik kearah ban pecah. Begitu dia sadar itu salah, rem langsung dilepas dan mobilnya terbalik. Ketika ban depan pecah, upayakan lepas kopling, rem dan gas. Modalnya hanya counter steering saja. Misalnya pecah ban kiri, setir berat kekiri, kita counter ke kanan,” bebernya.

Tapi jika ban belakang yang pecah, relatif lebih mudah dikendalikan, malah cenderung tak berasa ketika ban belakang pecah, walaupun kendaraan lagi penuh penumpang.

Advertisement

“Memang kalau ban pecah, tidak ada yang bisa lakukan kecuali counter steering saja. Menepikan kendaraan di tempat aman dan menggantinya dengan ban cadangan,” timpal Rifat Sungkar yang merupakan pereli nasional yang sudah berlaga di ajang reli dunia seperti Rally of America dan juga WRC.

Jika kejadian pecah ban pada kecepatan tinggi, di atas 55 kilometer per jam, ada teknik-teknik tertentu yang bisa dilakukan meski tak semua pengemudi bisa melakukan. Dalam artian hanya pengemudi dengan level advance yang bisa melakukannya.

“Contohnya begini, untuk menyeimbangkan kendaraan supaya bobotnya tetap rata hingga ban yang kempes tidak dibebani terlalu berat, itu gasnya dikurangi perlahan, jangan mendadak. Tapikan tidak semua orang bisa melakukan itu,” bebernya.

Jika mobil berhasil dikendalikan, baru Anda bisa mencari tempat yang lebih safe, misalnya bahu jalan tol atau rest area dan kemudian menyalakan lampu tanda darurat, atau hazard.

(Sumber: METROTVnews.com)

Advertisement
Exit mobile version