Pariwisata

Bangka, Pulau Tua Penghasil Timah

Published

on

Pulau Bangka memiliki luas sekitar 11.693,54 km², dan memiliki banyak kekayaan alam yang terkenal sejak zaman kolonial. Pulau Bangka berbatasan dengan Pulau Natuna dan Laut China Selatan, Pulau Belitung dan Laut Jawa.

Menurut bahasa sehari-hari masyarakat Bangka, kata “Bangka” mengandung arti “sudah tua” atau “sangat tua”, sehingga pulau Bangka dapat diartikan sebagai “pulau yang sudah tua”.  Pulau Bangka banyak mengandung bahan tambang mineral yang terjadi dari proses alam yang sudah berjuta-juta tahun lamanya, salah satunya adalah timah.

Selain diartikan sebagai “pulau yang sudah tua”, kata “Bangka” juga bisa diartikan dari kata “wangka” yang artinya timah. Karena di daerah ini banyak ditemukan timah. Karena pergeseran atau bunyi bahasa yang berubah maka masyarakat lebih lekat memanggil pulau ini dengan kata Pulau Bangka atau pulau bertimah.

Menurut cerita rakyat, Pulau Bangka tidak mempunyai penduduk asli, semua penduduk adalah pendatang dari suku yang diberi nama Suku Sekak. Masyarakatnya masih menganut animisme. Kemudian masuk bangsa melayu dari daratan Malaka dengan membawa agama Islam yang kemudian berkembang sampai sekarang.

Pulau Bangka banyak memiliki rawa-rawa dengan hutan bakau, daratan rendah, bukit-bukit dan puncak bukit yang terdapat hutan lebat. Keistimewaan lain, pulau ini memiliki pantai yang landai berpasir putih dan dihiasi hamparan batu granit. Batuan granit yang berukuran besar telah menjadi ciri khas yang mengagumkan dari pantai-pantai di pulau ini. Pantainya yang masih alami dan jauh dari keramaian juga cocok sebagai tempat untuk melepas rasa penat.

Advertisement

Wisata pantainya yang khas seperti Pantai Matras, Pantai Tikus, Pantai Parai Tenggiri, Pantai Penyusuk, pantai Dinding Batu Belinyu, Pantai Tongaci dan masih banyak lagi wisata pantai di pulau ini.

Selain pantai, pulau ini juga memiliki danau, yaitu Danau Kaolin, danau bekas galian tambang timah yang memiliki warna biru yang sangat indah dan eksotis yang juga menjadi destinasi wisata Pulau Bangka.  Pulau Bangka juga memiliki padang pasir dan bukit yang eksotis di Gurun Pelawan Namang. Bukit ini pun terbentuk dari bekas aktivitas tambang sehingga membentuk bukit yang sangat menawan, mirip dengan Gurun Atacama di Chile.

Bangka juga terkenal sebagai surga kuliner yang dipenuhi berbagai jenis makanan dan minuman yang kaya cita rasa. Mulai dari martabak bangka, mie bangka, hingga kerupuk bangka. Selain ketiganya, masih banyak lagi menu kuliner yang harus dinikmati dari daerah penghasil Timah terbesar ini. Ada otak-otak khas Bangka, susu kedelai, berbagai seafood, dan lainnya.

Bagi yang suka dengan wisata sejarah dan pendidikan, Pulau Bangka juga memiliki Museum Timah di Muntok, yang seolah menjadi saksi bisu perjalanan tambang timah di Pulau Bangka Belitung.

Gedung Museum Timah di Muntok ini pun merupakan gedung bersejarah, yaitu kantor Bangka Tin Winning, perusahaan timah milik negara pada zaman pemerintahan Belanda yang dibangun pada 1915, gedung ini memiliki dua lantai yang terdiri atas galeri, perpustakaan, kantor dan juga auditorium.

Advertisement

Dulu, pulau Bangka merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang. Karena runtuhnya kekuasaan Kesultanan Palembang kemudian wilayah Bangka diserahkan ke tangan Inggris pada 1812. Pada 1814, oleh pemerintah Inggris pulau Bangka dibarter dengan Cochin di India yang tadinya milik Belanda. Pada masa perang dunia ke-2 pemerintah Jepang yang menguasai pulau Bangka dari tahun 1942 hingga 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan pulau ini menjadi bagian dari Indonesia pada 1949.

Pulau Bangka bersama dengan pulau Belitung pada awalnya merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan hingga tahun 2000. Setelah pergolakan pada tahun 1998 yang berujung jatuhnya kekuasaan rezim Suharto, atas desakan masyarakat di pulau Bangka dan Belitung, pada tahun 2000 pulau Bangka dan pulau Belitung disahkan menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sumber: https://pesona.travel/destinasi/1672/bangka-pulau-tua-penghasil-timah

Exit mobile version